Diposkan pada Semesta di kepalaku

Doa Ibu

Dua minggu yang lalu Bentang baru saja pulang dari rumah sakit setelah lima hari menjalani rawat inap. Dokter mendiagnosisnya sebagai ITP atau Immune Thrombocytopenia Purpura. Sederhananya, penurunan jumlah trombosit karena antibodi menyerang keping darah merah (yang dideteksinya sebagai virus). Pada Bentang, gejalanya hanya ditandai dengan munculnya memar-memar biru pada tubuhnya padahal dia tidak terjatuh atau terantuk sesuatu sebelumnya. Setelah dilakukan cek darah baru diketahui bahwa persediaan trombositnya hanyalah sekitar 30.000 dari jumlah yang seharusnya 150.000 hingga 400.000.

Sebetulnya pada anak-anak ITP tidak memerlukan treatment khusus sebab trombosit bisa naik dengan sendirinya. Syaratnya adalah bedrest total. Tapi buat anak-anak, bedrest itu justru adalah treatment  yang paling sulit dilakukan. Selama kaki masih bisa untuk berdiri, selama itulah anak-anak akan tetap bergerak. Mereka ini adalah makhluk yang persistent. Jadi merawat inapkan Bentang ini sesungguhnya adalah sebuah usaha untuk membuatnya diam dan beristirahat.

Orang yang paling sedih dan khawatir ketika Bentang masuk rumah sakit barangkali adalah kedua neneknya. Wajar karena mereka berada di tempat yang jauh dari kami. Kami bisa tenang karena tahu kondisinya bagaimana. Namun nenek-nenek yang jauh dari cucunya ini pasti mengira-ngira apakah cucunya baik-baik saja pada saat masuk rumah sakit.

Setelah lima hari dirawat akhirnya kami boleh pulang. Tapi walaupun pulang, trombosit Bentang sebenarnya turun lagi setelah sebelumnya sempat naik. Singkat cerita ketika kami kontrol seminggu setelahnya –alhamdulillah ala kulli hal- trombositnya sudah menyentuh angka 172.000.

Kabar itu saya sampaikan pada ibu dan ibu mertua saya. Dalam waktu yang berbeda, mereka mengatakan hal yang hampir mirip. “Alhamdulillah, selalu didoain waktu tahajud. Ya Allah, semoga Bentang sembuh”. Kalimat sederhana itu menempel di kepala saya.

Apakah Bentang sembuh karena efektifitas treatment nya? Mungkin saja. Tapi segalanya mungkin karena Allah mengizinkannya mungkin. Saya bukan orang saleh namun saya sadar bahwa saya terlalu lemah untuk mengatakan sebuah keberhasilan adalah karena usaha saya. Dan bagaimana Allah mengizinkan Bentang untuk sembuh? Bisa jadi dari doa-doa yang dilantukan ibu-ibu saya, nenek-neneknya.

Saya jadi ingat setahun yang lalu ada seseorang yang mengatakan pada saya bahwa ketika kita kehilangan orang tua apalagi seorang ibu sebenernya yang membuat kita sedih bukanlah kenangan, kasih sayang atau apapun yang ditinggalkannya. Melainkan hilangnya orang yang doanya tentang kita paling didengar Allah. Kemudian saya tersadar. Begitu banyak kemudahan hidup yang pernah saya temui, setiap jalan yang walaupun berliku ternyata tetap mampu saya lewati, jauhnya keluarga saya dari segala marabahaya barangkali adalah jawaban dari doa-doa yang dipanjatkan ibu-ibu saya. Semoga begitupun Allah mampukan untuk saya untuk lebih berbakti pada mereka.

Peristiwa sederhana ini tiba-tiba membuat saya punya cita-cita yang baru. Diantara stigma ibu sempurna yang bisa ini dan itu, ibu hebat yang bisa ini dan itu yang mana amat mustahil untuk bisa menggapai semuanya. Saya ingin jadi ibu yang doa-doanya melangit untuk anak-anaknya.

A day at hospital

Dan sekarang juga lagi demam. You would be so strong.