Diposkan pada Semesta di kepalaku, Uncategorized

Keep Doing In The Silent

Pada banyak hal,diantara sekian macam manusia, jenis orang yang menurut saya paling nggak banget adalah yang suka mengumbar keadaan diri di publik, yang suka mengulang-ngulang apa yang sudah dikatakan dan yang menganggap dirinya much more better dari orang lain. Bisa jadi saya pernah menjadi seperti itu atau memang seperti itu, maka saya meminta maaf pada orang yang merasa bahwa saya ini nggak banget. Dan berjanji untuk berubah,sebab saya tak ingin menjadi yang tidak saya sukai.

Hari ini saya bertemu orang dengan karakter yang tidak mudah percaya pada orang. Apa yang orang lain kerjakan, bisa jadi bernilai kesalahan. Dan karena itulah, pekerjaan selalu diawasi dan ditanyai berulang-ulang.

Terlepas dari memang pentingnya hal itu, tapi mengulang-ulang pertanyaan ataupun perintah bisa menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya pun belajar, mempercayai orang lain seringkali memudahkan.

Belum tentu orang yang tidak berbicara saat diberi perintah itu mengabaikan perintah. Terkadang karena kita sudah masuk era showing off, kita lupa,bahwa prinsip orang-orang terdahulu adalah sedikit bicara banyak bekerja. Bekerjalah dalam diam,maka Allah dan orang-orang beriman yang akan melihatmu.

Saya tak hendak ingin dimengerti. But in some cases, in my field, just trust me.
Cause i keep doing in the silent

21.05.14
21.05
Hanya menulis bebas
It’s too cold outside
But angel is to fly
But angel would die
-The A Team, Ed Sheeran-

Diposkan pada Trivia, Uncategorized

Rindu Kenangan

Dia menatap lelaki itu dengan mata setajam pedang dan butiran air yang hendak meleleh. San menemukannya kini. Lelaki yang tak pernah menganggapnya sebagai kenangan. Lelaki yang menyebabkan adanya ia di bumi ini. Dan betapa jauhnya jarak keterpisahan ini membuat San tak tahu perasaan macam apakah yang mendiami sudut hatinya. Bencikah itu, marahkah itu, tapi kenapakah ia justru ingin menangis.

Jauh dari prasangkanya. Laki-laki yang mungkin tak pernah menyebut nama San dalam doanya itu justru telah meneteskan air mata. Pertahanan San runtuh. Segala rencana yang ia telah pikirkan untuk bersikap dingin, menuntutnya atas tahun-tahun penuh derita yang ia tinggalkan untuk San, hilanglah sudah. Hidup, kadang tak sekejam apa yang telah kita rencanakan. Air mata San ikut jatuh.
Ia mendekat. “San” katanya lirih. “San”
Suara itulah yang sekian lama ingin didengar San. Suara besar laki-laki yang memanggilnya dengan penuh wibawa. San, diam, menduduk lemah. Air matanya berjatuhan.
Ia makin mendekat, mencoba menyentuh San. Seketika itu juga San mundur. Reaksinya menandakan, bahwa laki-laki itu masih asing baginya.
Mengetahui hal itu, ia berkata lirih  “masuklah”. Dan laki-laki itu memimpinnya untuk memasuki rumahnya.

Rindu, sering kali tanpa malu menuju pada siapapun. Termasuk padanya, yang tak pernah menjadikan kita sebagai kenangannya”

Well, you only need the light when it’s burning low,
Only miss the sun when it starts to snow,
Only know you’ve been high when you’re feeling low
Only hate the road when you’re missing home
Only know you love her when you let her go…
-Let Her Go, Passenger-

*bersambung