Diposkan pada Semesta di kepalaku, Uncategorized

Wishing Eve

I’m fifteen for a moment
Caught in between ten and twenty
And I’m just dreaming
Counting the ways to where you are
I’m twenty two for a moment
She feels better than ever
And we’re on fire
Making our way back from Mars
Fifteen there’s still time for you
Time to buy and time to lose
Fifteen, there’s never a wish better than this
When you only got hundred years to live
I’m thirty three for a moment
Still the man, but you see I’m of age
A kid on the way
A family on my mind
I’m forty five for a moment
The sea is high
And I’m heading into a crisis
Chasing the years of my life
Fifteen there’s still time for you
Time to buy, time to lose yourself
Within a morning star
Fifteen I’m all right with you
Fifteen, there’s never a wish better than this
When you only got hundred years to live
Half time goes by
Suddenly you’re wise
Another blink of an eye
Sixty seven is gone
The sun is getting high
We’re moving on
I’m ninety nine for a moment
Dying for just another moment
And I’m just dreaming
Counting the ways to where you are
Fifteen there’s still time for you
Twenty two I feel her too
Thirty three you’re on your way
Every day’s a new day
Fifteen there’s still time for you
Time to buy and time to choose
Hey fifteen, there’s never a wish better than this
When you only got hundred years to live

-100 years, Five For Fighting-

Bersama malam yang tepat dengan pergantian tahun bulan. Berefleksi sedikit melihat setahun perjalanan ke belakang. Masa transisi ini terjadi. Kita, berhadapan dengannya, fana yang tampak nyata dan catatan-catatan hitam itu tampak membersamainya.
Maka dari sini, mari memulainya dinar…
Mari memulai perjalanan kembali, dengan kebaikan hati
Mari menyambut pagi, siang dan malam esok hari dengan dua kata “aku ingin”
Agar bersinar harimu kelak,
Maka bersamaNyalah selalu, selamanya
Untuk hidup yang Ia berikan, yang terasa seperti 100 tahun perjalanan

14.11.12-22.27
tepat dengan 1 Muharram 1434H (this is New Year’s Eve)
This World is for to those who wants to fight -5 cm-
Ya Allah, sesungguhnya, shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah untukMu

Diposkan pada Semesta di kepalaku, Uncategorized

When We Talk About Nation (Inilah Negeriku)

Yang di bawah ini bukan tulisan saya. Saya dapat dari akun facebook Fiersa Besari yang disitu dia juga mebagikan dari akun facebook Jalu Sind3ntosca. Saya cantumkan disini dengan tidak mengurangi rasa hormat dari yang nulis ini karena saya salut dengan pemikirannya. Bagi saya, sederhana tapi……kerennnn:)

Copas dari temen:

Sekedar pemberitahuan saja Inilah Negeriku…

Bangun tidur anda minum apa ? Aqua ? (74% sahamnya milik Danone prsh Perancis) atau Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris.) Minum Susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda).Lalu mandi pakai Lux dan Pepsodent. (Unilever,Inggris). Sarapan ? Berasnya beras impor dari Thailand (BULOG pun impor), Gula
nya jg Impor (Gulaku). Mau santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% saham milik Philip Morris Amerika).

Keluar rumah naik motor/mobil buatan Jepang, Cina,India, Eropa tinggal pilih. Sampai kantor nyalain AC buatan Jepang, Korea, Cina.Pakai komputer, hp (operator Indosat, XL, Telkomsel semuanya milik asing; Qatar, Singapura, Malaysia). Mau belanja ? Ke Carrefour, punya Perancis. Kalo gitu ke Alfamart(75% sahamnya Carrefour).

Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm International, Malaysia yg juga Hero. Malam2 iseng nongkrong ke Circle K dari Amerika.Ambil uang di ATM BCA, Danamon, BII,Bank Niaga ah
semuanya sudah milik asing walaupun namanya masih Indonesia.

Bangun rumah pake semen Tiga Roda Indocement sekarang milik Heidelberg (Jerman ,61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss). Masih banyak lagi kalo mau diterusin. By the way, BB atau HP anda-pun buatan Cina, beda tipis sama saya punya buatan Canada.

Sadarkah Indonesia saat ini sedang terjajah? Bahkan untuk hidup di negeri ini pun sulit.Tenang, Minimal kita masih punya koruptor Asli Indonesia !!! Mantap kan!!

But I STILL LOVE INDONESIA

Diposkan pada Semesta di kepalaku, Uncategorized

What I Talk About When I Talk About Running

Talent is nothing without focus and endure. Patient is a must in process, but i guarantee the results will come -Haruki Murakami in some interview about his memoir-

Judul di atas adalah judul memoir seorang novelis Jepang tentang dua hal penting dalam hidupnya, lari dan menulis. Pertama kali saya tahu bahwa lari ternyata mampu mengubah jalan hidupnya dan mencoba mengerti bahwa rute lari dan garis cerita adalah dua hal yang saling berpengaruh. Bagi Murakami, lari adalah menulis dalam bentuk lain.

Pertama kali mendengar judul memoar ini, ada sesuat yang membuat otak saya bersemangat menyimaknya, i just really enthusiast. Apa yang Murakami sampaikan tentang lari, benar-benar dari hatinya, hingga hanya membaca judulnya saja saya sedikit mampu merasakan passion itu di dalam dirinya.

Sejujurnya saat menulis ini, saya belum benar-benar selesai membaca memoarnya. Namun dalam beberapa review, saya mengikuti cerita di dalamnya dan latar belakang pembuatannya. Apa yang membuat saya terkesan pada Murakami adalah saat ia memualai untuk berlatih lari dan menulis. Keduanya ia lakukan bersamaan dan fokus. Sampai pada satu ketika ia memutuskan untuk menutup bisnisnya dan beralih menjadi seorang full time novelist dan full time runner. Dan memanglah dia tak hanya bermain-main, karena seiring terbitnya karya-karyanya, ia pun mengalami evolusi dalam proses berlarinya, mulai dari marathon-ultramarathon 62 mil-hingga triathlon. Bagi Murakami, creative process is a sports.

Asyik kan ya…itulah kenapa seringkali saya begitu iri terhadap orang-orang yang berbuat menurut kehendak hatinya. I do love the people doing their passion. Lihatlah mereka yang melakukan sesuatu dengan hatinya, maka itulah yang tersampaikan pada manusia.

Sekali dalam satu masa sejarah hidup, saya mulai kehilangan apa yang disebut Murakami sebagai sports itu. Missing my passion, missing my creative process and missing my whole spirits. Harusnya itu tidak boleh terjadi namun kenyataannya terjadi. One by one, the passion had been gone. Mungkin iya, kegagalan yang membuatnya surut. Sebab menghadapi kegagalan dengan kebesaran hati itu ternyata ya susah juga. Everyone has their own weak but i do not think it can be loosing your passion (talking to my self!!). Sebab passion yang membuat hidup seringkali menajadi lebih hidup. Dan saya baru sadar, passion tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.

Mereka yang mampu mewujudkan keinginan hatinya adalah mereka yang sungguh-sungguh bukan. Iya mungkin saya mulai disorientasi dengan passion saya karena itulah terkadang saya kehilangan kesungguhan saya. All i have to do is just finding out back.

Saya menyukai cara Murakami berlari, saya menyukai Maylaffaiza saat bermain violin, saya menyukai Dian Pelangi saat mendesain pakaian, saya menyukai Kitaro saat mengaransemen musik, saya menyukai Dave Kozz saat ia memegang saxophone, saya menyukai saat Hayu bernyanyi, saya menyukai Ligwina Hananto saat ia jelaskan cara merencanakan keuangan,saya menyukai saat Ina berbicara tentang Al Qur’an, saya menyukai saat dimana Savira dan Aulia menjadi pengajar muda, saya menyukai saat Gina menjadi Guru, saya menyukai Mira Lesmana saat dia membuat film,saya menyukai Maduri Dixit saat ia menari dan saya menyukai hari-hari dimana saya bersemangat dan bahagia melakukan banyak hal sekalipun sulit dan melelahkan.

What i looking for when i talk about passion, it called happines and satisfaction.

4.11.12
Inspirasi dari berlari
Mungkin setelah ini akan memulai tracking to finding the passion
Sejenak curhat di keramaian malam
Rumah baik