Kata orang, hidup adalah pilihan. Mengambil satu pilihan adalah meninggalkan yang lain. Tapi apakah kita pernah bertanya, what if we don’t leave the choice which not selected?
kita,tak akan pernah bisa merangkul pilihan yang ada,kecuali dengan luasnya cakrawala yang kita punya.
Orang memanggilnya Hayu, dan biasa dengan panggilan pendek seperti ajakan atau sapaan, Hay dan Yu. Kusebut dia sebagai manusia paling bersinar yang paling lama membuat hidupku berada dalam keramaian. Ia mencintai seni, sebagai bagian dari karakternya, Melankolis-Sanguinis katanya. Tapi aku tak peduli dengan kotak karakter semacam itu, yang kutahu, dia cinta bernyanyi, menulis puisi, dan dalam bahasa yang lain, kukatakan she’s so immerse on Javanesse folklore. Kukatakan jika kau ingin tau cerita tentang Baratayudha atau Mahabarata, bertanyalah padanya. Dialah satu-satunya, sampai saat ini, yang menceritakan kisah epik tersebut padaku. Walau kemudian aku tak juga ingat rangkaian kejadiannya.
Titik baliknya adalah saat pertemuan kami. Jika tak boleh kukatakan “bebas” maka akan kusebut dia yang dulu dengan “terlalu bersinar” dan kemudian menjadi perempuan terbina yang belajar kembali kepada Tuhannya. Banyak hal yang tak disadari berubah pada dirinya, termasuk caranya memperjuangkan hal yang disukainya. Seiring dengan semakin terbinanya ia, pada beberapa hal lain, ia menyerah. Pada bernyanyi dan pada puisi. Kukatakan inilah pilihan, diantara cakrawala kami yang berbatas.
Hingga suatu saat dalam sejarah waktu kami, aku dan dia bertemu dengan Payung Teduh. Mereka, musisi yang tak tersentuh banyak pemberitaan,dan kami menemukannya dalam seluncuran di dunia maya. Mas Is, Mas Comi Azis, Mas Ivan dan Mas Ale memberi ruang pada kami untuk merenungi kembali setiap langkah yang pernah kami jejaki. Kami menikmati musik lembut Payung Teduh, lantunan lirik yang tak biasa dari Mas Is, sebagai -walaupun terdengar berlebihan tetap akan kukatakan- pendewasaan diri. Kami belajar lagi, bahwa spiritualisme bisa ditemukan, dilalui dan dijalani dari banyak hal, yang mungkin terlintas di benak kami bukan sebagai jalan tapi pilihan.
Cerita lain adalah saat kami tau sedikit tentang kehidupan yang baik dari anggota Payung Teduh. Tentu kuikuti dari media sosial. Mas Is, takzimku padanya, betapa cantik dan salihah istrinya,mbak Agnes. Kukatakan pada Hayu, ada harapan bagimu untuk membangun keluarga seperti keluarga Mas Is. Seni yang ada di rumahmu, suatu saat semoga berpadu dengan spiritualisme di rumah masa depanmu.
Ini semua sederhana, sesederhana cara meluasnya cakrawala
Cukup melihat dengan kedalaman
Kini kutahu, ada banyak cara menjelajahi kerinduan
Menjadikan pilihan sebagai sebuah jalan
Dari Payung Teduh
dan sebuah Harapan Untuk Hayu
Jum’at, 081113
Belated post
Kucari kamu by Payung Teduh
Near To Yoy by A Fine Frenzy