Diposkan pada Semesta di kepalaku, Uncategorized

Satu Cerita Tentang Barang Bawaan

Pagi,siang dan malam adalah beda. Pagi,siang dan malam adalah peputaran. Namun di pagi, siang dan malam laki-laki itu tetap mengenakan pakaian berwarna kuning kehijauan, terduduk di sudut stasiun dan berdiri saat kereta datang dan akan pergi.

Kenapakah di antara beda, di antara perputaran, ia melalui suatu ketetapan?
Kenapakah di antara jeda ia terduduk di sudut dan berdiri pada jeda berikutnya?

Sesaat laki-laki itu terduduk dengan baju kuning kehijauannya yang tampak kebesaran, seseorang kemudian datang. Ia selalu berdiri saat orang datang. Melihat barang bawaannya. Baginya, barang bawaan orang yang datang adalah jalan kehidupan. Dan dia, selalu tersenyum saat orang datang.

Porter,adalah yang tertulis di bagian belakang baju kuning kehijauannya. Laki-laki itu, dan mereka yang memakai baju sepertinya, adalah mereka yang selalu menawarkan bantuan membawakan barang bawaan penumpang kereta api dan menerima imbalan darinya. Laki-laki itu, melalui tidak kurang dari enam tahun empat bulan untuk duduk di sudut dan berdiri saat orang datang.

Laki-laki itu berdiri, menghampiri orang datang,terkadang menegejarnya. Jika saatnya datang, dia yang membawakan, dua tas besar, satu kardus sedang, dan tiga tas plastik besar. Begitulah enam tahun empat bulan ia jalani di antara berputarnya bumi.

Laki-laki itu tak pernah bertanya, kenapakah ia tak merasakan beda diantara perputaran pagi, siang dan malam. Ia juga tak pernah bertanya, kenapa bajuku tak berganti? kenapakah ia selalu terduduk dan berdiri di antara jeda? Ia tak pernah bertanya, akulah yang bertanya.

Kenapa, ia mampu melalui ketetapan? kenapa ia melalui jeda? dan kenapakah ia tak pernah bertanya?

Senyumnya, saat menanti orang datang, dan mendapat imbalan setelah membawakan barang bawaan menjawab segalanya.
Waktu tak pernah menunggu. Kelelahan dan pertanyaan tak ada hubungannya dengan waktu. Ia hanya perlu satu hal untuk mengiringinya, itulah harapanmu.
Jangan bertanya kenapa kita tak bisa bedakan pagi,siang dan malam diantara berputarnya bumi, jangan tanyakan pula bagaimana kemudian kita melalui jeda yang datang diantaranya, sebab yang hanya bisa kita lakukan hanyalah memlihara harapan.

Laki-laki itu, melalui enam tahun empat bulan waktu tanpa perbedaan dan jeda hanyalah dengan satu harapan, memelihara kehidupan yang telah menjadi ketetapannya.

Lihat lebih dekat
Saat kau lelah dengan ketatapan
Saat kau lelah menjalani langkah berikitnya
San bahkan saat kau lelah untuk berdoa
Tetaplah sisakan ruang untuk melihat lebih dekat
Karena ia mampu memelihara harapan
Memelihara kehidupan
Dan bahwa Tuhan masih tetap bersama

belitung senja

Don’t try to look so wise
Don’t cry coz you’re so right
Don’t dry with fake or fears
Cause you will hate yourself till the end
– Wind by Akeboshi-

09.10.13
Dari catatan di Solo Balapan yang tersimpan di Evernote
Aku, Ruang Tunggu dan Bapak-bapak Porter