Diposkan pada Semesta di kepalaku

Pendidikan yang Mengubah Wajah Skandinavia

Di negeri antah berpantang, guru dibayar murah untuk memperbaiki karakter dan mental anak-anak,sedangkan artis dibayar mahal untuk menghancurkan karakter dan mental anak-anak. (Subandi Rianto,2014)

Kalimat tersebut saya temukan pertama kali dari status facebook junior saya dulu di kampus, sebelum meme dengan kalimat yang bernada serupa juga muncul. Lalu komentar apa yang pertama kali keluar setelah membacanya? Saya yakin semua orang akan meringis lalu berkata “ironis”. Lalu bagaimana jika seseorang membaca kalimat tersebut setelah membaca sebuah artikel tentang pendidikan di Eropa? bisa jadi akan menangis, seperti saya. Berlebihan? tidak, karena memang terlampau jauh jarak kondisi pendidikan kita dengan mereka.

Saya bukanlah orang yang mengerti dan mendalami pendidikan, sebelumnya. Tapi saya hendak belajar. Semakin belajar semakin merasa miris. Melihat karakter sebagian anak saat ini, melihat keadaan para guru ataupun macam-macam metode yang digunakan. Begitupun sistem pendukungnya, berbentuk televisi, iklan, acara, tren yang seringkali begitu jauh dari tujuan mendidik.

Terlepas dari itu, selama beberapa tahun ini kita dibuat terkejut tentang beberapa fakta tentang hasil penelitian pendidikan-pendidikan terbaik di dunia. Bukanlah Amerika Serikat, Jepang ataupun Inggris yang berada di peringkat atas. Peringkat teratas pendidikan terbaik di dunia ditempati oleh Finlandia, salah satu negara nordik yang masuk wilayah Skandinavia. Negara Skandinavia lain seperti Denmark dan Swedia juga termasuk dalam jajaran negara dengan pendidikan terbaik di dunia.

Seabad lalu Finlandia adalah negara yang tertinggal. Pendidikan telah mengubah wajah Skandinavia yang kecil dan dingin ini. Kini negara-negara ini mempunyai banyak ahli di bidang seni, teknologi, ekonomi dan bidang-bidang khusus lain.

Seorang profesor dari Sekolah pendidikan-Universitas Tampere, Finlandia mengatakan, salah satu yang membuat Finlandia mempunyai pendidikan terbaik di dunia adalah keseriusannya mencetak guru. Setiap tahun kata Profesor Eero Popo, 2000an melamar sekolah pendidikan dan hanya 25 orang yang diterima. Disana, tidak setiap orang yang bahkan sangat berharap, bisa menjadi guru. Guru haruslah meengikuti perkembangan murid secara aktif, mendorong inovasi, terlibat secara penuh di dalam kelas, dan belajar mengenai pedagogi, sains, seni dan keragaman budaya. Itulah kenapa di Finlandia, sesosok guru biasanya adalah 10 besar lulusan terbaik di universitas.

Di Indonesia, kita tentu jauh dari hal tersebut. Maka tak perlu juga untuk dibandingkan terus menerus. Namun perlu untuk merubah paradigma berpikir kita tentang sosok guru. Karena terlalu sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itulah, maka kita tumbuh sebagai masyarakat yang sedikit sekali menghargai bahkan melupakan jasa guru. Bagi saya, guru sudah seharusnya diberikan tanda jasa setinggi-tingginya sebagai sosok yang berilmu. Tanda jasa bukan hanya soal materi, namun memberikan gaji hanya sebesar 200ribu sebulan atas kesediannya mengajarkan ilmu itu sangatlah jauh dari nalar kemanusiaan kita.

Guru adalah sosok terhormat, sebab darinyalah ilmu dialirkan pada kita,pada anak-anak kita. Saya percaya, sebelum kelak nasib menjadikan saya sebagai guru, bahwa baik tidaknya pendidikan sebenarnya tergantung pada gurunya. Memperbaiki pendidikan, berarti memperbaiki para guru, memuliakan para guru dan memberikannya tanda jasa. Dengan begitu, tak ada lagi yang namanya Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, karena sesungguhnya setiap pahlawan berhak mendapatkan penghargaan atas jasa-jasanya.

25.11.14
Selamat Hari Guru
Walau tidak disini, semooga jasamu abadi sampai di akhirat nanti

The rock of Northern Lights
The rock of Northern Lights