Diposkan pada Semesta di kepalaku

Saat Kita Bersedih

Suatu saat dalam sejarah cerita kita, tentu saja selain senyuman, kita mengalami berbagai macam tangisan. Namun seringkali semuanya tetap saja berlalu dengan membahagiakan bagi kita. Membahagiakan jika kita bersama. Karena selalu ada tawa dan keceriaan sekalipun dalam tangis, jika kita bersama. Mungkin inilah yang disebut dengan nikmat dari tuhan.

Kini, kudapati ada kesedihan yang menyeruak masing-masing dari kita. Bukanlah kesediahan kolektif karena kita beramanah, tapi kesedihan pribadi. Kudapati masing-masing dari kita ternyata menyimpan setumpuk masalah yang berbeda. Yang kemudian bimbang dengan pilihan hidupnya, yang sedang diliputi kegagalan dalam trealisasi mimpi-mimpinya, yang menghadapi kesulitan menyelesaikan amanah utama kedua orang tuanya, yang akan menapaki fase penting dalam hidupnya untuk menyempurnakan fitrahnya namun terombang-ambing dalam keputusan yang tidak pasti, dan yang menghadapi masalah pada fase yang lebih tinggi dalam kehidupan rumah tangga. Semuanya sempurna bukan main-main. Semuanya adalah ujian pada titik dimana dibutuhkan ketahanann yang luar biasa dalam menghadapinya.

Kawan, kita telah sama-sama tahu, bahwa hidup pada haekatnya adalah menunggu. Mungkin kita terlupa, tapi kita jelas tahu, bahwa hidup menyediakan ketidakpastian besar bagi kita. Kita tahu sekaligus tak tahu, badai macam apa yang akan menimpa kita nanti. Kita tahu sekaligus tak tahu, pertolongan apa yang kemudian nanti akan kita dapat. Kita hanya tau pasti tentang janji suci Ilahi, bahwa bersama kesulitan, akan ada dua kemudahan. Dua bukan satu!

Kawan, mari kita ingat, tak setiap detik dalam waktu kita adalah ujian ksedihan, bahakan seringkali kita menerima kebahagiaan. Maka, jika kesedihan itu kemudian datang, berarti mungkinlah Allah hendak mengangkat derajat kita. Melewati berbagai ujian ini, dan jikalau telah lulus, kita akan naik tingkat bukan??? Ah,,,kita harus banyak berhusnudzon pada Yang Memberi Ujian, sebab Ia pula yang akan menolong kita melewati ini.

Disaat malam-malam yang kupenuhi dengan tangis kesedihan, ternyata pagi harinya kutemukan senyuman yang membahagiakan, sekalipun aku tahu, bahwa di malam harinya kalian pun juga menangis. Untuk ini kuingata kembali satu ayat yang disampaikan berulang-ulang, “Maka nikmat Tuhan yang manakaha yang kau dustakan?”

Hingga kemudian, seorang dari kita mengirim sebuah kalimat bijak, :

“Kita, selalu berusaha menyembunyikan masalah-masalah kita masing-masing. Tapi sadarkah, di belakang kita, tanpa kata, saudara-saudara kita pasti tau walaupun hanya lewat tatap mata. Dan mereka akan berusaha membantu menyelesaikan dengan caranya yang unik. Itulah pola yang kulakukan, yang kaulakukan, yang kita lakukan. Uhibbu ki fillah Ya ukhti….”

Ah,,,sepertinya tak bisa kulanjut lagi. Karena kata-kataku terlalu kosong. Karena rasanya tiba-tiba hati ini mendung.
Pada akhirnya, akan selalu kuingat dalam hidupku, bahwa satu saat kita pernah bersedih. Dan saat kita bersedih, kita tahu bagaimana caranya untuk saling mendukung.

Terima kasih Allah, telah memberikan mereka.
Sekalipun yang kita lakukan mungkin lebih banyak bicara yang tak berguna, tapi tujuan kami bersama adalah karenaMu dan RasulMu, semoga…….

Tribute to all my best best best friends..
Esp, Hayu, Pipit, Elin, Savira, Hani
Kusebut nama kalian di tengadah tanganku
Semoga Allah menyangi kalian selalu, memberikan kebaikan bagi seluruh urusan kalian, membersamai mimpi-mimpi kalian, dan mengistiqomahkan kalian di jalanNya…..

27.01.12
Saat kita sedih, kita pun tau bagaimana cara tersenyum:)

Penulis:

Menulis, terkadang bukan untuk menunjukkan siapa kita. Terlebih dari itu, untuk mengenali diri kita sendiri, mempertajam kedalaman batin dan mengumpulkan kenangan. Corat coret disini terutama adalah untuk diri sendiri, untuk mengingatkan, bahwa telah banyak cerita yang dapat dijadikan penyemangat Hiduplah hidup, untuk Sang Maha Hidup

2 tanggapan untuk “Saat Kita Bersedih

Tinggalkan Balasan ke dinarulfi Batalkan balasan